Universitas Airlangga Official Website

Menuju Energi Terbarukan: Tantangan Global dan Langkah-Langkah Keberlanjutan di Indonesia

Di tengah tantangan perubahan iklim global, semakin banyak negara yang beralih ke sumber energi ramah lingkungan guna mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Peningkatan kebutuhan energi, dipicu oleh pertumbuhan populasi dan pembangunan ekonomi, telah menyebabkan lonjakan konsumsi energi global tiga kali lipat sejak tahun 1971, sehingga menekankan pentingnya transisi ke sumber energi terbarukan. Globalisasi telah mendorong kerja sama dan saling ketergantungan antar negara, berdampak pada bidang politik, pasar tenaga kerja, perdagangan, dan energi. Meskipun globalisasi memfasilitasi kemajuan teknologi dan meningkatkan efisiensi energi, tetap ada kebutuhan akan konsensus akademis mengenai dampak lingkungan dari perubahan ini. Integrasi teknologi ramah lingkungan dalam kerangka globalisasi memberikan kontribusi pada perbaikan kondisi lingkungan, namun menghadapi tantangan, dengan beberapa penelitian menunjukkan potensi degradasi lingkungan atau hambatan dalam adopsi teknologi terbarukan.

Indonesia telah aktif mengatasi tantangan iklim dan lingkungan dengan fokus pada peningkatan efisiensi energi dan perluasan akses terhadap sumber energi terbarukan. Strategi ini tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tetapi juga untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan dan emisi gas rumah kaca. Pertumbuhan industri dan transportasi yang pesat di Indonesia, terutama yang didukung oleh penggunaan batu bara, telah menyebabkan peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) yang signifikan, menantang pencapaian tujuan pengurangan emisi Indonesia. Tiongkok juga menghadapi masalah serupa dengan emisi CO2 yang besar karena ketergantungan pada batu bara dan bahan bakar fosil, harga yang kompleks, dan sistem peraturan yang lemah. Tantangan seperti kebijakan yang tidak konsisten, praktik korupsi, dan keterbatasan infrastruktur menjadi hambatan dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan di kedua negara.

Akan tetapi, penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa emisi dapat dikurangi melalui berbagai langkah, termasuk meningkatkan akses terhadap energi alternatif, mendorong pembiayaan ramah lingkungan, menerapkan kebijakan ekologi, eknologi mutakhir, teknologi rendah karbon, strategi penetapan harga karbon, dan insentif yang sesuai, serta meningkatkan kebijakan lingkungan. Sumber daya manusia, sebagaimana disoroti dalam literatur yang ada, memainkan peran penting dalam mendorong penggunaan energi terbarukan, berkontribusi terhadap lingkungan dan energi, meningkatkan efisiensi energi, dan mendorong teknologi ramah lingkungan melalui pendidikan.

Studi ini secara khusus menyoroti usaha Indonesia dalam menghadapi tekanan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan fokus pada penerapan energi terbarukan dan komitmen terhadap target-target pada periode 2020–2030, termasuk rencana untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Tantangan yang dihadapi mencakup ketergantungan pada dukungan finansial dan transfer teknologi dari negara-negara maju. Melalui analisis dampak globalisasi dan perkembangan keuangan, studi ini mengisi kesenjangan pengetahuan terkait dengan faktor-faktor penentu dalam transisi Indonesia menuju energi terbarukan. Dengan menggunakan kumpulan data selama 31 tahun dan beragam metode statistik, studi ini menawarkan wawasan mendalam mengenai peran infrastruktur keuangan, kondisi lingkungan, dan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan adopsi energi terbarukan. Sebagai hasil akhir, studi ini menyajikan rekomendasi kebijakan untuk mencapai keberlanjutan pembangunan Indonesia.

Literatur menekankan hubungan positif antara globalisasi, pembangunan keuangan, dan penerapan sumber energi terbarukan. Meskipun Indonesia berkomitmen terhadap penggunaan energi berkelanjutan, penelitian yang sering kali didasarkan pada data lintas negara mungkin tidak sepenuhnya menjawab konteks unik Indonesia. Pendekatan sistematis sangat penting untuk mengatasi kebutuhan mendesak Indonesia untuk memodernisasi infrastruktur energinya. Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) digunakan untuk memprediksi dampak perubahan variabel independen terhadap konsumsi energi terbarukan.

Kesimpulan menunjukkan bahwa Indonesia sebaiknya mempertahankan kebijakan globalisasi yang sedang berlangsung, dengan mengantisipasi adanya hubungan positif antara peningkatan ekspor dan permintaan yang lebih tinggi terhadap energi terbarukan. Studi ini memperkirakan bahwa adopsi teknologi mutakhir dapat mengurangi polusi dan meningkatkan ketergantungan pada energi terbarukan. Dengan peluang melalui globalisasi, Indonesia dapat memperluas perdagangan, investasi asing langsung (FDI), dan investasi keuangan, serta mendorong teknologi hemat energi. Pemerintah perlu menciptakan dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat dan lembaga keuangan yang stabil, sambil mendukung inovasi energi bersih dan hemat energi. Investasi dalam layanan kesehatan dan pendidikan guna meningkatkan sumber daya manusia sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, kemajuan teknologi, dan daya tarik investasi asing di Indonesia. Studi ini menekankan perlunya dukungan terhadap pelatihan profesional dan integrasi individu berpendidikan tinggi ke dalam masyarakat, dengan menggarisbawahi dampak positifnya terhadap pembangunan ekonomi.

Meskipun sumber energi terbarukan melimpah, biaya tinggi menjadi kendala utama dalam penerapannya. Diperlukan kebijakan untuk mengurangi biaya, meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil, dan mendorong regulasi berkelanjutan. Mendorong praktik hemat energi, inovasi lokal, dan kemitraan dapat mempercepat adopsi energi terbarukan. Inisiatif pendidikan dan langkah-langkah fiskal, seperti insentif pajak, dapat meningkatkan kesadaran dan penerimaan masyarakat. Meskipun penelitian ini difokuskan pada Indonesia, penelitian masa depan sebaiknya mengeksplorasi hubungan non-linear serta melibatkan negara-negara berkembang lainnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas.

Kesenjangan dan inkonsistensi data dapat mempengaruhi temuan karena ketergantungan pada data dari tahun 1990 hingga 2020. Penetapan hubungan sebab dan akibat memerlukan penyelidikan lebih lanjut, mengatasi permasalahan endogenitas dan penyimpangan dari asumsi model. Penelitian di masa depan dapat mengeksplorasi kerangka kebijakan, inovasi teknologi, ketidakpastian, dan faktor sosiokultural dalam penerapan energi terbarukan. Studi longitudinal dengan data yang lebih komprehensif, metodologi yang canggih, dan analisis komparatif di berbagai negara dapat meningkatkan pemahaman.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, termasuk kesenjangan dan inkonsistensi data, yang dapat memengaruhi temuan karena ketergantungan pada data dari tahun 1990 hingga 2020. Penetapan hubungan sebab dan akibat memerlukan penyelidikan lebih lanjut, dengan mengatasi permasalahan endogenitas dan penyimpangan dari asumsi model. Studi longitudinal dengan data yang lebih komprehensif, metodologi yang canggih, dan analisis komparatif di berbagai negara dapat meningkatkan pemahaman.

Penulis: Miguel Angel Esquivias

Jurnal: Unraveling the interplay between globalization, financial development, economic growth, greenhouse gases, human capital, and renewable energy uptake in Indonesia: multiple econometric approaches

OSZAR »